Monday, June 28, 2010
(anak) belajar sambil (ibu) bekerja.. Metode montessori prasekolah
Setelah sibuk pindahan ke rumah / kontrakan baru, akhirnya rutinitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga normal yang sempat terdistraksi akibat kepindahan tempat tinggal yang intens, dimulai lagi. Menyuci baju, menyuci piring, masak, beres-beres rumah, nyapu, ngepel, dll.
Semangat untuk mengerjakan semua hal dengan baik cukup tinggi. karena beberapa bulan libur jadi house keeper.. (nggak ada rumahnya jadi nggak ada yang di keep)..Karena di rumah hanya ada saya dan una, maka una sering sekali "membantu" segala pekerjaanku. disatu sisi sebenarnya saya tidak ingin una ikut berkotor-kotor dan berbasah-basah tapi saya juga tidak ingin menjadikan tv dan video menjadi babysitternya dikala saya sibuk. kebetulan una selalu antusias untuk "membantu"ku
Semangat untuk mengerjakan semua hal dengan baik cukup tinggi. karena beberapa bulan libur jadi house keeper.. (nggak ada rumahnya jadi nggak ada yang di keep)..Karena di rumah hanya ada saya dan una, maka una sering sekali "membantu" segala pekerjaanku. disatu sisi sebenarnya saya tidak ingin una ikut berkotor-kotor dan berbasah-basah tapi saya juga tidak ingin menjadikan tv dan video menjadi babysitternya dikala saya sibuk. kebetulan una selalu antusias untuk "membantu"ku
Berikan Rasa Aman Anak Sejak Lahir, untuk Mencegah Perilaku Buruk di Masa Dewasa
Oleh: Eva Fauzah, M.Psi., Psikolog
Belakangan media elektronik dan surat kabar heboh memberitakan video porno yang pelakunya diduga selebritis. Wacana mengenai pemberlakuan Undang-undang Antipornografi pun kembali ramai dibicarakan. Apakah memang dengan pemberlakuan undang-undang tersebut masalah serupa tidak akan muncul lagi? Dalam artikel teenage section yang dimuat http://www.voa-islam.com disebutkan bahwa faktor pendukung munculnya masalah ini adalah hilangnya rasa malu karena tercerabutnya iman dalam diri. Rasa malu yang telah hilang ini tidak hanya milik individu pelaku video mesum, tapi juga telah hilang dari dalam diri masyarakat.
Ada fakta-fakta yang mencengangkan dari hasil penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, pada tahun 1980-an sekitar 5 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pra-nikah. Berikutnya, di tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 20-30 persen. Lalu bagaimana pertumbuhan angka pelaku zina di tahun 2010, di mana dengan pesatnya kemajuan teknologi, anak-anak makin mudah mengakses informasi yang tidak patut, termasuk paparan pornografi dan pornoaksi. Menurut Kak Seto, sejak beredarnya video porno, lebih dari 60 persen anak SMP sudah melakukan hubungan badan," (okezone.com, 18 Juni 2010). Jika angka ini memang akurat, tentu saja menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan.
Belakangan media elektronik dan surat kabar heboh memberitakan video porno yang pelakunya diduga selebritis. Wacana mengenai pemberlakuan Undang-undang Antipornografi pun kembali ramai dibicarakan. Apakah memang dengan pemberlakuan undang-undang tersebut masalah serupa tidak akan muncul lagi? Dalam artikel teenage section yang dimuat http://www.voa-islam.com disebutkan bahwa faktor pendukung munculnya masalah ini adalah hilangnya rasa malu karena tercerabutnya iman dalam diri. Rasa malu yang telah hilang ini tidak hanya milik individu pelaku video mesum, tapi juga telah hilang dari dalam diri masyarakat.
Ada fakta-fakta yang mencengangkan dari hasil penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, pada tahun 1980-an sekitar 5 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks pra-nikah. Berikutnya, di tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 20-30 persen. Lalu bagaimana pertumbuhan angka pelaku zina di tahun 2010, di mana dengan pesatnya kemajuan teknologi, anak-anak makin mudah mengakses informasi yang tidak patut, termasuk paparan pornografi dan pornoaksi. Menurut Kak Seto, sejak beredarnya video porno, lebih dari 60 persen anak SMP sudah melakukan hubungan badan," (okezone.com, 18 Juni 2010). Jika angka ini memang akurat, tentu saja menjadi fenomena yang sangat memprihatinkan.
Sunday, June 27, 2010
FAQ tentang Homeschooling ( Objektif dalam menilai HS )
FAQ tentang Homeschooling
Belakang ini , saya sering ditanya oleh beberapa kawan berkaitan dengan keputusan saya dan istri untuk meng-Homeschooling-kan anak.
Ada yang mempertanyakan , menyayangkan,dan ada juga yang mendukung..
Terlepas dari itu..saat ini pun , kami (saya dan istri) dalam proses memperdalam konsep dan segala sesuatu nya terkait dengan Homeschooling. Dari beberapa yang memberikan respon atas planning kami, menurut saya sebagian masih salah persepsi terhadap homeschooling.Agar lebih objektif dalam menilai Homeschooling , saya lampirkan FAQ (Frequently Asked Questions) tentang Homeschooling..
Homeschooling vs. sekolah reguler
Apa persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan sekolah pada umumnya?
Belakang ini , saya sering ditanya oleh beberapa kawan berkaitan dengan keputusan saya dan istri untuk meng-Homeschooling-kan anak.
Ada yang mempertanyakan , menyayangkan,dan ada juga yang mendukung..
Terlepas dari itu..saat ini pun , kami (saya dan istri) dalam proses memperdalam konsep dan segala sesuatu nya terkait dengan Homeschooling. Dari beberapa yang memberikan respon atas planning kami, menurut saya sebagian masih salah persepsi terhadap homeschooling.Agar lebih objektif dalam menilai Homeschooling , saya lampirkan FAQ (Frequently Asked Questions) tentang Homeschooling..
Homeschooling vs. sekolah reguler
Apa persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan sekolah pada umumnya?
Saturday, June 26, 2010
Mengajak Una maen ke perpustakaan
Sebelum balik ke jakarta tgl 1 januari 2010, saya mengunjungi 2 tempat di jambi. Museum dan perpustakaan.
Dengan berbekal informasi dari internet, trayek angkot jambi, tanya sana-sini, saya dan una bermaksud ke 2 tempat tadi yg katanya tidak terlalu jauh satu sama lain.
Walaupun sempat tanya sana-sini, ternyata kami salah naik angkot. Rasanya nggak lengkap menjelajah tempat baru kalo nggak nyasar dulu.. n_n
itu karna angkot disini tidak bernomor, perbedaan trayek di wakili perbedaan warna angkot. Jadi disini ada angkot warna merah, kuning, hijau, biru. Setiap angkot punya kernet yang sangat persuasif mencari penumpang sampai kadang2 saking semangatnya salah dengar tujuan penumpangnya dan mengajak penumpang lugu itu untuk naik.
Dengan berbekal informasi dari internet, trayek angkot jambi, tanya sana-sini, saya dan una bermaksud ke 2 tempat tadi yg katanya tidak terlalu jauh satu sama lain.
Walaupun sempat tanya sana-sini, ternyata kami salah naik angkot. Rasanya nggak lengkap menjelajah tempat baru kalo nggak nyasar dulu.. n_n
itu karna angkot disini tidak bernomor, perbedaan trayek di wakili perbedaan warna angkot. Jadi disini ada angkot warna merah, kuning, hijau, biru. Setiap angkot punya kernet yang sangat persuasif mencari penumpang sampai kadang2 saking semangatnya salah dengar tujuan penumpangnya dan mengajak penumpang lugu itu untuk naik.
ISLAMIC HOME-SCHOOLING
” Upaya mengembalikan fungsi rumah sebagai wahana tarbiyah Islamiyyah sebagaimana diamalkan Salaful Ummah”
Oleh : Abu Muhammad Ade Abdurrahman
Home-Schooling secara harfiah berarti : bersekolah di rumah.
Home-Schooling diselenggarakan ketika orangtua berkeberatan atau merasa kesulitan menyekolahkan anaknya, baik karena alasan jarak (karena tinggal di pedalaman, misalnya) ataupun karena alasan-alasan tertentu lainnya.
Mengapa disebut Home-Schooling (bersekolah di rumah), bukan Home-Learning (belajar di rumah) ? Padahal istilah yang kedua sebenarnya lebih tepat. Barangkali ini adalah bias budaya. Kita maklum, saat ini bersekolah merupakan tradisi yang sudah sedemikian merata. Hingga kemudian dianggap suatu kelaziman, atau bahkan keharusan bagi anak-anak.
Oleh : Abu Muhammad Ade Abdurrahman
Home-Schooling secara harfiah berarti : bersekolah di rumah.
Home-Schooling diselenggarakan ketika orangtua berkeberatan atau merasa kesulitan menyekolahkan anaknya, baik karena alasan jarak (karena tinggal di pedalaman, misalnya) ataupun karena alasan-alasan tertentu lainnya.
Mengapa disebut Home-Schooling (bersekolah di rumah), bukan Home-Learning (belajar di rumah) ? Padahal istilah yang kedua sebenarnya lebih tepat. Barangkali ini adalah bias budaya. Kita maklum, saat ini bersekolah merupakan tradisi yang sudah sedemikian merata. Hingga kemudian dianggap suatu kelaziman, atau bahkan keharusan bagi anak-anak.
Subscribe to:
Posts (Atom)